PENERAPAN METODE MENGAJAR YANG BAIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Oleh : Suryanto, S.Pd
Foto: Pelaksanaan Hardiknas SMKN 54 Jakarta, 2 Mei 2015 di gedung baru
Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang mencintai tanah
air dan bangsa sendiri, tetapi tetap menghormati bangsa-bangsa lain di
dunia. Rasa kebangsaan akan terbentuk dengan dua unsur yaitu secara
obyektif dan secara subyektif. Unsur obyektif adalah suatu kesamaan
bahasa, agama, tradisi, sejarah atau letak geografis tempat tinggal yang
sama. Sedangkan unsur subyektif adalah suatu kehendak dan keinginan
tentang adanya tujuan bersama untuk membentuk suatu negara, yaitu negara
kesatuan Republik Indonesia.
Martabat dan harga diri suatu bangsa
merupakan kedudukan yang terhormat di kancah pergaulan bangsa-bangsa di
dunia. Suatu bangsa akan memiliki martabat dan harga diri yang baik
apabila bangsa itu telah merdeka dan memiliki keunggulan-keunggulan,
diantara keunggulan itu seperti di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, prestasi oleh raga, kedisplinan warga negaranya, memiliki
etos kerja yang baik, dan tingkat kesejahteraan rakyat yang tinggi.
Disamping itu juga memiliki tingkatan harkat kemanusiaan serta kedudukan
yang terhormat.
Bangsa yang besar dan maju selalu tidak terlepas
dengan peningkatan kualitas hasil pendidikannya. Pendidikan yang
dilaksanakan di Indonesia adalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan
Pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia,
yaitu manusia yang beriman dan brtaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepibadian, berdisiplin, bekerja keras,
tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat
jasmani dan rohani.
Di lain itu Pendidikan Nasional mengupayakan
untuk mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta tanah air,
mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Untuk
itu dalam pelaksanaannya dikembangkan iklim belajar dan mengjar yang
dapat menumbuhkan rasa percaya diri sendiri serta sikap dan prilaku yang
inovatif dan kreatif pada diri peserta didik. Dengan demikian
Pendidikan Nasional diharapkan mampu mewujudkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan dan kemajuan bangsa.
Dalam
menjalankan fungsinya, pendidikan berstandar pada dua dimensi asasi,
yaitu tabiat individu dan lingkungan sosial. Kepribadian individu tidak
lain merupakan hasil interaksi antara tabiat ( nature ) kemanusiaannya
dengan faktor-faktor lingkungannya. Dalam pengertian, bahwa tingkah laku
manusia merupakan produk interaksi antara tabiat dan lingkungan
sosialnya yang juga merupakan karakteristik dari proses pendidikan.
Tanpa adanya interaksi tersebut, pendidikan tidak akan dapat berfungsi
dengan baik. Oleh karenanya di dalam kepribadian manusia dan lingkungan
sosial perlu adanya hubungan timbal balik yang baik dan elstis untuk
memungkinkan terjadinya pembentukan kepribadian manusia secara benar.
Sebagai bagian dari pelaksana sistem pendidikan nasional, pendidikan
menengah kejuruan ( SMK ) merupakan tingkatan pendidikan yang berada
pada jenjang pendidikan menengah atas yang mengutamakan pengembangan
kemampuan peserta didiknya untuk dapat siap kerja dalam bidang kerja
tertentu sesuai dengan pengkajian dan pendalaman program studinya serta
kemampuan untuk dapat beradaftasi di lingkungan kerja maupun lingkungan
masyarakat, mampu memanfaatkan peluang kerja serta mengembangkan
kemampuan dan kecakapan dirinya untuk bekal dikemudian hari.
Penerapan yang dilaksanakan dalam sistem pendidikan nasional guna
mewujudkan ketercapaian tujuan tersebut diimplemantasikan pada kurikulum
untuk SMK edisi tahun 2004 yang mengacu dan memperhatikan pada tahap
perkembangan siswa dan kesesuaian jenis pekerjaan, lingkungan sosial,
kebutuhan pembangunan nasional, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta kesenian. Hal ini bertitik tolak dari landasan ekonomis
kurikulum SMK edisi tahun 2004 pada buku Bagian I yang dijelaskan
sebagai berikut :
“ Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan
yang menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang produktif yang
langsung dapat bekerja dibidangnya setelah melalui pendidikan dan
pelatihan berbasis kompetensi, dengan demikian pembukaan program diklat
di SMK harus responsif terhadap perubahan pasar kerja. “
Guna
menyiapkan kondisi peserta didik menjadi manusia produktif yang selalu
siap dengan kebutuhan dunia kerja, maka di dalam pelaksanaan proses
pembelajarannya atau pendidikan mengacu kepada berbagai aspek
pendidikan. Tidak saja dari aspek ketrampilan ( psikomotorik ) semata,
namun juga harus mengacu pada aspek pengetahuan ( knowledge ) dan aspek
sikap ( attitude ). Berbagai aspek kompetensi ini sangat penting
diberikan dengan harapan tidak saja dihasilkan manusia-manusia yang
terampil saja, namun juga memiliki kecerdasan, kecakapan, dan
sikap-sikap yang terpuji sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di
lingkungan masayarat dan negaranya.
Materi pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dan Sejarah ( PKnS ) pada pelaksanaan kurikulum SMK
edisi tahun 2004 merupakan gabungan dari dua mata pelajaran aspek
normatif antara Pendidikan Pancasila Kewarganegaran ( PPKn ) dan Sejarah
yang disusun dengan tujuan untuk memberikan pengenalan, pemahaman dan
pengamalan siswa tentang hakikat wawasan kebangsaan yang ruang
lingkupnya memenuhi hakikat wawasan kebangsaan yang berkaitan dengan
kepentingan peserta didik / siswa di lingkungan masyarakat maupun
lingkungan kerjanya. Dengan mengenal dan memahaminya secara benar
diharapkan siswa dapat menjadikan acuan dalam kehidupan sesuai dengan
nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku. Selain itu siswa atau peserta
didik juga dituntut untuk dapat lebih kreatif dan luas pengetahuannya
agar lebih dapat mengembangkan sikap yang tepat di masa depan serta
memiliki kesadaran diri sebagai warga negara yang bertanggung jawab atas
masa depan bangsanya.
Berdasarkan tuntutan tersebut, maka guru yang
berfungsi dan berperan sebagai pendidik, fasilitator, motivator dan
juga seorang organisator sudah tentu harus mampu menciptakan dan
mengupayakan suatu proses interaksi proses pembelajaran dan pelatihan
yang tidak saja membngkitkan motivasi dan keinginan untuk belajar namun
juga mampu mewujudkan proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif,
inovatif, berpikir kreatif, dan berkualitas. Strategi pembelajaran yang
diimplemantasikan melalui penerapan metode belajar adalah kemampuan
seorang guru dalam mewujudkan ketercapaian tujuan pembelajaran.
Mata
pelajaran PKnS yang diselenggarakan di tingkat SMK merupakan salah
satu mata pelajaran aspek normatif yang menjelaskan tentang
konsep-konsep ilmu pengetahuan secara verbalisme, juga meningkatkan dan
mengembangkan daya kreatifitas berpikir peserta didik. Oleh karenanya
bagaimana mengupayakan siswa memiliki motivasi dan keinginan siswa untuk
belajar dan berpikir kreatif dalam upaya mewujudkan ketercapaian hasil
belajar yang diharapkan, maka seorang guru harus mampu melaksanakan
strategi pembelajaran atau penerapan metode belajar yang efektif dan
berkualitas.
Disadari bahwa penerapan metode belajar yang
dilaksanakan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran banyak
dipengaruhi oleh berbagai faktor kondisi baik secara internal maupun
eksternal. Namun dibalik adanya kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
oleh masing-masing strategi pembelajaran sudah semestinya ada yang lebih
efektif, efisien dan berkualitas.
Aspek normatif pada mata
pelajaran PKnS di tingkat II, khususnya pada jurusan atau program studi
Teknik Listrik tidak saja sekedar mengembangkan dan meningkatkan aspek
pengetahuan semata, namun juga diharapkan siswa mampu untuk berpikir
inovatif, kritis dan juga kreatif sehingga dapat terjadinya interaksi
belajar yang positif antara peserta didik dan pendidik dalam pencapaian
tujuan pembelajaran. Selain itu diharapkan juga realisasi perwujudan
bentuk sikap, tindakan, dan tingkah laku ( affektif ) yang mampu
ditampilkan oleh siswa pada kehidupan sehari-harinya, selaku mahluk
individu maupun mahluk sosial. Bertitik tolak dari tujuan yang
diharapkan itu penerapan metode diskusi dalam pembelajaran mata
pelajaran PKnS memiliki kekuatan dan kebaikan dibandingkan dengan
penerapan metode belajar yang lain, salah satunya metode belajar
kelompok.
Terjadi fenomena bahwa mata pelajaran PKnS yang
disampaikan di kelas terkesan hanya sebagai kelengkapan pencapaian nilai
kelulusan semata, dan kurang mampu menjadi tolak ukur dan aktualisasai
dari pelaksanaan sikap dan prilaku yang diharapkan oleh sekolah dalam
kehidupan siswa sehari-hari. Salah satu faktor terjadinya kondisi
pemikiran yang demikian yang dipahami oleh peserta didik, oleh karena
kurangnya kemauan dan kemampuan guru untuk berimprovisasi dengan
penerapan berbagai metode pembelajaran yang ada guna membangkitkan
motivasi dan keinginan siswa tidak saja untuk hadir namun juga berusaha
untuk meningkatkan dan mengembangkan pola berpikir kreatifnya. Disadari
bahwa guru yang baik dan profesional adalah guru yang mampu melaksanakan
proses pengajaran yang dapat dimengerti siswa, membangkitkan keinginan
belajar siswa serta siswa dapat turut berperan aktif dalam pelaksanaan
proses interaksi belajar di kelas. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat yang disesuaikan
dengan situasi dan kondisi di sekolah.
Pada kesempatan ini dan
dalam rangka penulisan skripsi ini, penulis ingin meneliti tentang
adanya dugaan sementara ( hipotesa ) bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran mata pelajaran PKnS pada tingkat II program studi teknik
elektro ( teknik listrik ) penerapan metode diskusi dan metode
belajar kelompok memiliki perbedaan terhadap nilai hasil belajar siswa.
Dan terdapat kecenderungan penerapan metode diskusi pada mata pelajaran
PKnS ini berpengaruh positif dibandingkan dengan penerapan metode
belajar kelompok. Dalam pengertian bahwa penerapan metode diskusi pada
pembelajaran mata pelajaran PKnS mempunyai pengaruh yang lebih baik
terhadap nilai hasil belajar siswa maupun tujuan pembelajaran.
Pernyataan ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Moh. Ali, yaitu :
“
Bahwa metode diskusi dapat disesuaikan dengan cara belajar siswa aktif,
yang pada hakikatnya merupakan suatu konsep dalam mengembangkan
keaktifan proses belajar baik dilakukan guru maupun siswa di dalam
mewujudkan tujuan pembelajaran. “
Berkenaan dengan pernyataan
ini dan dugaan sementara, maka dalam penelitian ini penulis ingin
membuktikan bahwa penerapan metode diskusi mampu memberikan pengaruh
yang positif dan lebih baik bagi ketercapaian tujuan belajar dan
terutama terhadap nilai hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKnS
dibandingkan dengan penerapan metode belajar kelompok.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tugas 4. Memahami Prinsip Prinsip Pengendalian Kontaminasi
Tugas 4. Memahami Prinsip Prinsip Pengendalian Kontaminasi Tugas untuk siswa Kelas X TKR1 dan X TBSM pada mata pelajaran TDO. Saksikan vi...
-
Tugas 3: Mata Pelajaran PMKR Kelas XII TKR Saksikan video pembelajaran tentang sistem pendinginan pada mobil. Setelah itu jawablah pertan...
-
Tugas Ke 4 : Mata Pelajaran PMKR Kelas XII (Duabelas) Materi Pemeriksaan Sistem Pendinginan Pada Mobil Saksikan video pembelajaran di at...
-
Tugas Ke 10: Mapel PMKR Kelas XII TKR Materi: Cara Kerja Sistem Manajemen Engine (EMS) Saksikan video pembelajaran di atas dengan seksam...
Terimakasih kak artikelnya sangat bermanfaat dan membantu sekali. salam kenal saya siti hatijah dari ISB Atma Luhur
ReplyDelete