KLINIK
MATA PELAJARAN DAN UPAYA PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN
Oleh :
Suryanto, S.Pd *
“ Tugas seorang Guru adalah membantu para siswanya
mendapatkan informasi, ide-ide, ketrampilan-ketrampilan, nilai-nilai, cara-cara
berpikir, dan mengemukakan pendapat, namun yang lebih penting dan lebih
menentukan dari itu adalah membimbing para siswa tentang bagaimana belajar yang
sesungguhnya dan belajar bagaimana memecahkan masalah sehingga ilmu-ilmu dan
pemikiran-pemikiran yang diserapnya dapat berguna dan bermanfaat di masa depan.”
Tujuan
jangka panjang proses pembelajaran tiada lain adalah untuk meningkatkan
kemampuan para siswa atau peserta didik agar ketika mereka meninggalkan bangku
sekolah, akan mampu mengembangkan diri sendiri dan mampu memecahkan masalah-masalah
yang muncul dan dihadapinya. Salah satu di antara masalah besar dalam bidang
pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah masih rendahnya mutu
pendidikan yang tercermin dari rendahnya nilai rata-rata prestasi belajar siswa,
khususnya pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Masalah lain dalam bidang pendidikan di Indonesia
yang juga banyak diperbincangkan adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran
masih terlalu didominasi peran guru (teacher
centered). Guru lebih banyak
menempatkan siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita
sejauh ini masih kurang untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai
mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh),
kreatif, objektif, dan logis, serta masih dirasa kurang mampu untuk memperhatikan
dan mengutamakan ketuntasan belajar secara individual siswa, atau dengan kata
lain belum mampu untuk menerapkan pembelajaran sampai siswa menguasai materi
pembelajaran secara tuntas dan kompeten. Akibatnya, tidak aneh bila banyak
siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat
dari sekolah. Tidak heran pula kalau mutu pendidikan secara nasional masih
rendah. Sistem persekolahan yang tidak memberikan pembelajaran sampai tuntas
ini sudah tentu akan secara tidak langsung telah menyebabkan pemborosan
anggaran pendidikan.
Disadari bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas siswa yang
akan diajar memiliki dinamisasi dan beragam perbedaan, baik dari segi latar
belakang kehidupan keluarga, karakter mapun nilai-nilai dan norma-norma
kehidupan yang diterimanya dari orang tua, masyarakat, maupun teman-teman
terdekatnya. Oleh karenanya perlu bagi seorang Guru sebelum melaksanakan
pembelajaran di kelas memahami tentang potensi siswa yang berbeda-beda, dan
potensi tersebut akan berkembang jika diberikan
stimulus dan diagnosis yang tepat. Dan hal ini coba dilakukan dengan mengadakan
kegiatan “ Klinik Mata pelajaran “.
Upaya-upaya dalam rangka perbaikan dan pengembangan
pembelajaran di kelas yang berorientasi kepada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
yang meliputi beberapa hal diantaranya adalah kewenangan pengembangan kurikulum,
pendekatan pembelajaran, penataan isi/konten, serta model sosialisasi, yang
lebih disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi serta era yang
terjadi saat ini. Upaya perbaikan dan pengembangan pembelajaran tersebut
berlangsung secara bertahap dan terus-menerus, yang mengarah pada terwujudnya
azas keluwesan dalam isi pembelajaran dan pengelolaan proses belajar mengajar
dalam rangka pengembangan kuantitas dan kualitas pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran dalam KBK yang diarahkan pada upaya mengembangkan kemampuan siswa
dalam mengelola perolehan belajar (kompetensi) yang paling sesuai dengan kondisi
masing-masing sudah semestinya bahwa proses
belajar harus lebih mengacu kepada bagaimana siswa belajar dan bukan lagi pada
apa yang dipelajari.
Sesuai dengan cita-cita dan harapan dari tujuan
pendidikan nasional, guru perlu memiliki beberapa prinsip mengajar yang mengacu
pada peningkatan kemampuan internal siswa di dalam merangsang strategi
pembelajaran ataupun pelaksanaan pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu
misalnya, dengan menerapkan jenis-jenis strategi pembelajaran yang memungkinkan
siswa mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual. Karena itu
bila kita berbicara tentang rendahnya daya serap atau prestasi belajar, atau
belum terwujudnya keterampilan proses dan pembelajaran yang menekankan pada
peran aktif siswa, maka sebenarnya inti persoalannya adalah pada masalah
"ketuntasan belajar" yakni pencapaian taraf penguasaan minimal yang
ditetapkan bagi setiap kompetensi atau unit bahan ajaran secara perorangan yang
terjadi karena adanya proses pembelajaran yang berorientasi pada interaksi dua
arah atau interaksi saling membutuhkan, dimana para siswa butuh ilmu,
pengetahuan dan ketrampilan untuk kehidupan masa depannya, serta kebutuhan bagi
seorang Guru bahwa waktu, tenaga, dan pikiran yang dicurahkannya dapat
benar-benar diminati dan dimengerti oleh para siswa yang diajarnya.
Masalah dalam pelaksanaan ketuntasan belajar
merupakan masalah yang penting yang harus dicari jalan keluarnya, sebab bagaimanapun
juga menyangkut masa depan siswa, lebih-lebih bagi mereka yang mengalami kesulitan
belajar. Pendekatan pembelajaran tuntas secara proses maupun hasil adalah salah
satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan
motivasi belajar siswa untuk mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi yang diampunya. Dengan
menempatkan pembelajaran tuntas sebagai salah satu prinsip utama dalam
mendukung pelaksanaan ketercapaian tujuan dari sebuah pembelajaran terkait
dengan implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), maka berarti menjadi sesuatu
yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga
sekolah, khususnya Guru dan siswa. Pada kenyataannya pembelajaran tuntas ini
belum secara optimal dilaksanakan di sekolah, dan masih banyak sekolah-sekolah
yang melaksanakan pembelajarannya dilakukan secara konvensional dengan berbagai
ragam pengertiannya, hanya menjalankan kewajiban dan terselesaikan tugas
mengajarnya, bukan tugas mendidiknya. Untuk itu perlu adanya suatu
strategi-strategi yang inovatif, kreatif dan produktif yang dilakukan oleh
manajemen mutu sekolah maupun Guru untuk mengupayakan tercapainya peningkatan
mutu pembelajaran, tuntas secara materi dan tuntas secara tuntutan kebutuhan,
dan salah satunya dilakukan dengan adanya kegiatan Klinik Mata Pelajaran.
Klinik
mata pelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan
di luar jam pelajaran atau terjadwal di dalam pelaksanaan proses pembelajaran
yang bertujuan untuk mendiagnosis dan memecahkan permasalahan-permasalahan
terhadap kesulitan belajar yang dialami oleh siswa atau peserta didik di dalam
menyerap materi pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar, maupun
mengembangkan potensi belajarnya. Sehingga apa yang menjadi hakikat pada
belajar itu sendiri yaitu suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah
laku (behavioral change) pada
individu yang belajar karena usaha individu yang bersangkutan mempunyai
pengaruh yang positif dalam membantu tercapainya kompetensi secara optimal.
Terkait dengan tujuan dilakukannya kegiatan Klinik
Mata Pelajaran mengacu kepada pendapat Percival
dan Ellington (1984) yang menggambarkan tentang model sistem pendidikan
dalam proses belajar yang berbentuk kotak hitam (black box). Masukan (input)
untuk sistem pendidikan atau sistem belajar terdiri dari orang, informasi, dan
sumber lainnya. Keluaran (output)
terdiri dari orang/siswa dengan penampilan yang lebih maju dalam berbagai
aspek. Sedangkan di antara masukan dan keluaran terdapat “black box" yang berupa proses belajar atau pendidikan,
maka pada pelaksanaan kegiatan Klinik Mata Pelajaran, tugas para walikelas dan
Guru mata pelajaran mendata para siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Hal
ini diketahui dengan tingginya persentasi tingkat ketidakhadiran siswa dalam
kegiatan pembelajaran reguler, journal kasus siswa serta rendahnya nilai
prestasi belajar. Dan tercapai atau
tidaknya tujuan belajar merupakan masalah bagi setiap siswa. Pelaksanaan
Klinik Mata Pelajaran di sekolah menjadi tugas seorang Guru untuk mengupayakan bahwa
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di kelas diharapkan benar-benar menjadi
media untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan
kebiasaan, nilai, sikap, tingkah laku dan semua perbuatan
yang positif terbentuk, yang disesuaikan dan dikembangkan kepada para siswanya
melalui tindakan diagnosis dan pengobatan motivasi dan prestasi belajar yang
dilakukan oleh Guru mata pelajaran maupun walikelas di dalam kegiatan klinik
mata pelajaran.
Merujuk dari berbagai pandangan para ahli
bahwa, belajar selalu melibatkan tiga hal pokok yaitu: adanya
perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan aspek kognitif dari yang tidak
tahu menjadi tahu, perubahan aspek sikap dan tingkah laku dari yang tidak baik
menjadi baik, dan perubahan aspek psikomotorik dari yang tidak bisa menjadi
bisa. sifat perubahannya relatif permanen serta perubahan tersebut lebih
cenderung disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh
proses kedewasaan ataupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang temporer
sifatnya.
Oleh karena itu pada prinsipnya Klinik Mata
Pelajaran adalah sebagai proses kegiatan pengobatan atau refleksi bagi perubahan
tingkah laku yang positif sebagai akibat dari interaksi antara Guru
dan siswa secara persuasif dan komunikatif dengan di dukung oleh sumber-sumber
atau objek belajar, baik yang secara sengaja dirancang (by design) maupun yang tidak
secara sengaja dirancang namun dimanfaatkan (by
utilization). Perolehan belajar dalam Klinik Mata Pelajaran, di
samping mengupayakan terjadinya penguasaan materi pembelajaran itu
sendiri, dapat juga berupa peningkatan kemampuan-kemampuan lain, yang di
dapat dari pengalaman belajar yang dialami seseorang siswa dalam
mengikuti pembelajaran di Klinik Mata Pelajaran tentang bagaimana caranya
belajar dan berhasil dalam belajar.
Memahami tujuan dan sasaran dari kegiatan Klinik
mata pelajaran ini, Ausubel (1969), menyatakan bahwa, Pengalaman belajar baru akan
masuk ke dalam memori jangka panjang dan akan menjadi pengetahuan baru apabila
memiliki makna. Pengalaman belajar adalah interaksi antara subjek belajar
dengan objek belajar, misalnya siswa jadi lebih memahami tentang pentingnya
arti belajar dan bagaimana berhasil dalam belajar.
Joyce, Weil &
Showers (1992) menyatakan bahwa mengajar (teaching)
pada hakikatnya adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan,
nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara
belajar bagaimana belajar. Hasil akhir atau hasil jangka panjang dari proses
mengajar adalah kemampuan siswa yang tinggi untuk dapat belajar dengan mudah
dan efektif di masa mendatang. Tujuan utama dari kegiatan mengajar adalah pada
siswa yang belajar. Dengan demikian hakikat mengajar yang dilakukan oleh
seorang Guru adalah memfasilitasi siswa agar mereka mendapatkan kemudahan dalam
belajar dan agar pengalaman belajar yang baru menjadi pengetahuan baru, maka semua
konsep dalam penguasaan mata pelajaran yang dilakukan siswa di kelas pada
kegiatan pembelajaran nantinya diusahakan diikuti karena memiliki nilai makna
kebutuhan.
Sejalan dengan perlunya pelaksanaan klinik mata
pelajaran dilaksanakan di sekolah, diharapkan seorang Guru mampu mewujudkan
terjadinya interaksi antara subjek belajar dengan objek belajar di dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas, serta mampu mengembangkan dan meningkatkan
motivasi dan potensi belajar keduanya yaitu, antara Guru dan siswa sama-sama
membutuhkan tercapainya tujuan belajar yang tuntas dan kompeten sebagaimana
yang diharapkan. * ( Penulis adalah Guru Pengajar dan Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum di SMK Negeri 54 Jakarta dan Peduli terhadap Peningkatan Mutu
Pendidikan SMK ).
Referensi
(Sumber Bacaan) :
1.
Block, James H. (1971) Mastery learning : Theory and
practice. New York : Holt, Rinehart and Winston, Inc.
2.
Conny Semiawan . dkk. (1985). Pendekatan keterampilan
proses, Jakarta:PT Gramedia
3.
Gagne, Robert M. and Leslie J. Briggs. (1979). Principles
of instructional design. New York : Rinehart and' Winston
4.
Gentile, J.Ronald & James P. Lalley (2003). Standard
and mastery learning. Thousand Oaks, California: Corwin Press, Inc.
5.
Joyce, Bruce, Marsha Weil, and Beverly Showers (1992).
Models of teaching. Boston: Allyn and Bacon
6.
Kindsvatter, Richard, William Wilen & Margaret Ishler
(1996). Dynamics of effective teaching. New York: Longman Publishers USA
7.
Siskandar (2003). Teknologi pembelajaran dalam kurikulum
berbasis kompetensi. Makalah disajikan pada seminar nasional teknologi
pembelajaran pada tanggal 22 – 23 Agustus 2003, di Yogyakarta.
8.
Winarno Surakhmad. (1982). Pengantar interaksi mengajar
belajar: dasar dan teknik metodologi pengajaran, Bandung : Penerbit Tarsito
No comments:
Post a Comment