Monday, 27 July 2015

Klinik Mata Pelajaran

KLINIK MATA PELAJARAN DAN UPAYA PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN
Oleh : Suryanto, S.Pd *

“ Tugas seorang Guru adalah membantu para siswanya mendapatkan informasi, ide-ide, ketrampilan-ketrampilan, nilai-nilai, cara-cara berpikir, dan mengemukakan pendapat, namun yang lebih penting dan lebih menentukan dari itu adalah membimbing para siswa tentang bagaimana belajar yang sesungguhnya dan belajar bagaimana memecahkan masalah sehingga ilmu-ilmu dan pemikiran-pemikiran yang diserapnya dapat berguna dan bermanfaat di masa depan.”
                                                                                                                                                                                
Tujuan jangka panjang proses pembelajaran tiada lain adalah untuk meningkatkan kemampuan para siswa atau peserta didik agar ketika mereka meninggalkan bangku sekolah, akan mampu mengembangkan diri sendiri dan mampu memecahkan masalah-masalah yang muncul dan dihadapinya. Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah masih rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya nilai rata-rata prestasi belajar siswa, khususnya pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Masalah lain dalam bidang pendidikan di Indonesia yang juga banyak diperbincangkan adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher centered).  Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita sejauh ini masih kurang untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis, serta masih dirasa kurang mampu untuk memperhatikan dan mengutamakan ketuntasan belajar secara individual siswa, atau dengan kata lain belum mampu untuk menerapkan pembelajaran sampai siswa menguasai materi pembelajaran secara tuntas dan kompeten. Akibatnya, tidak aneh bila banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran pula kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah. Sistem persekolahan yang tidak memberikan pembelajaran sampai tuntas ini sudah tentu akan secara tidak langsung telah menyebabkan pemborosan anggaran pendidikan.
Disadari bahwa dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas siswa yang akan diajar memiliki dinamisasi dan beragam perbedaan, baik dari segi latar belakang kehidupan keluarga, karakter mapun nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang diterimanya dari orang tua, masyarakat, maupun teman-teman terdekatnya. Oleh karenanya perlu bagi seorang Guru sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas memahami tentang    potensi siswa yang berbeda-beda, dan potensi tersebut akan  berkembang jika diberikan stimulus dan diagnosis yang tepat. Dan hal ini coba dilakukan dengan mengadakan kegiatan        “ Klinik Mata pelajaran “.
Upaya-upaya dalam rangka perbaikan dan pengembangan pembelajaran di kelas yang berorientasi kepada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang meliputi beberapa hal diantaranya adalah kewenangan pengembangan kurikulum, pendekatan pembelajaran, penataan isi/konten, serta model sosialisasi, yang lebih disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi serta era yang terjadi saat ini. Upaya perbaikan dan pengembangan pembelajaran tersebut berlangsung secara bertahap dan terus-menerus, yang mengarah pada terwujudnya azas keluwesan dalam isi pembelajaran dan pengelolaan proses belajar mengajar dalam rangka pengembangan kuantitas dan kualitas pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dalam KBK yang diarahkan pada upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam mengelola perolehan belajar (kompetensi) yang paling sesuai dengan kondisi masing-masing sudah semestinya bahwa proses belajar harus lebih mengacu kepada bagaimana siswa belajar dan bukan lagi pada apa yang dipelajari.
Sesuai dengan cita-cita dan harapan dari tujuan pendidikan nasional, guru perlu memiliki beberapa prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal siswa di dalam merangsang strategi pembelajaran ataupun pelaksanaan pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu misalnya, dengan menerapkan jenis-jenis strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual. Karena itu bila kita berbicara tentang rendahnya daya serap atau prestasi belajar, atau belum terwujudnya keterampilan proses dan pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa, maka sebenarnya inti persoalannya adalah pada masalah "ketuntasan belajar" yakni pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi atau unit bahan ajaran secara perorangan yang terjadi karena adanya proses pembelajaran yang berorientasi pada interaksi dua arah atau interaksi saling membutuhkan, dimana para siswa butuh ilmu, pengetahuan dan ketrampilan untuk kehidupan masa depannya, serta kebutuhan bagi seorang Guru bahwa waktu, tenaga, dan pikiran yang dicurahkannya dapat benar-benar diminati dan dimengerti oleh para siswa yang diajarnya.

Masalah dalam pelaksanaan ketuntasan belajar merupakan masalah yang penting yang harus dicari jalan keluarnya, sebab bagaimanapun juga menyangkut masa depan siswa, lebih-lebih bagi mereka yang mengalami kesulitan belajar. Pendekatan pembelajaran tuntas secara proses maupun hasil adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi yang diampunya. Dengan menempatkan pembelajaran tuntas sebagai salah satu prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan ketercapaian tujuan dari sebuah pembelajaran terkait dengan implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), maka berarti menjadi sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah, khususnya Guru dan siswa. Pada kenyataannya pembelajaran tuntas ini belum secara optimal dilaksanakan di sekolah, dan masih banyak sekolah-sekolah yang melaksanakan pembelajarannya dilakukan secara konvensional dengan berbagai ragam pengertiannya, hanya menjalankan kewajiban dan terselesaikan tugas mengajarnya, bukan tugas mendidiknya. Untuk itu perlu adanya suatu strategi-strategi yang inovatif, kreatif dan produktif yang dilakukan oleh manajemen mutu sekolah maupun Guru untuk mengupayakan tercapainya peningkatan mutu pembelajaran, tuntas secara materi dan tuntas secara tuntutan kebutuhan, dan salah satunya dilakukan dengan adanya kegiatan Klinik Mata Pelajaran.
                Klinik mata pelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan di luar jam pelajaran atau terjadwal di dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang bertujuan untuk mendiagnosis dan memecahkan permasalahan-permasalahan terhadap kesulitan belajar yang dialami oleh siswa atau peserta didik di dalam menyerap materi pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar, maupun mengembangkan potensi belajarnya. Sehingga apa yang menjadi hakikat pada belajar itu sendiri yaitu suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar karena usaha individu yang bersangkutan mempunyai pengaruh yang positif dalam membantu tercapainya kompetensi secara optimal.
Terkait dengan tujuan dilakukannya kegiatan Klinik Mata Pelajaran mengacu kepada pendapat  Percival dan Ellington (1984) yang menggambarkan tentang model sistem pendidikan dalam proses belajar yang berbentuk kotak hitam (black box). Masukan (input) untuk sistem pendidikan atau sistem belajar terdiri dari orang, informasi, dan sumber lainnya. Keluaran (output) terdiri dari orang/siswa dengan penampilan yang lebih maju dalam berbagai aspek. Sedangkan di antara masukan dan keluaran terdapat “black box"  yang berupa proses belajar atau pendidikan, maka pada pelaksanaan kegiatan Klinik Mata Pelajaran, tugas para walikelas dan Guru mata pelajaran mendata para siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini diketahui dengan tingginya persentasi tingkat ketidakhadiran siswa dalam kegiatan pembelajaran reguler, journal kasus siswa serta rendahnya nilai prestasi belajar. Dan  tercapai atau tidaknya tujuan belajar merupakan masalah  bagi setiap  siswa. Pelaksanaan Klinik Mata Pelajaran di sekolah menjadi tugas seorang Guru untuk mengupayakan bahwa pembelajaran  yang dilakukan oleh siswa di kelas diharapkan benar-benar menjadi  media untuk mentransfer  pengetahuan,  keterampilan
kebiasaan, nilai, sikap, tingkah laku dan semua perbuatan yang positif terben­tuk, yang disesuaikan dan dikembangkan kepada para siswanya melalui tindakan diagnosis dan pengobatan motivasi dan prestasi belajar yang dilakukan oleh Guru mata pelajaran maupun walikelas di dalam kegiatan klinik mata pelajaran.
Merujuk dari berbagai pandangan para  ahli bahwa, belajar selalu melibatkan  tiga  hal  pokok yaitu: adanya perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan aspek kognitif dari yang tidak tahu menjadi tahu, perubahan aspek sikap dan tingkah laku dari yang tidak baik menjadi baik, dan perubahan aspek psikomotorik dari yang tidak bisa menjadi bisa. sifat perubahannya rela­tif  permanen serta perubahan tersebut lebih cenderung disebabkan oleh interaksi  dengan lingkungan, bukan  oleh  proses kedewasaan ataupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang temporer sifat­nya.
Oleh  karena itu pada prinsipnya Klinik Mata Pelajaran adalah  sebagai proses kegiatan pengobatan atau refleksi bagi perubahan tingkah laku yang positif sebagai akibat dari  interaksi  antara Guru dan siswa secara persuasif dan komunikatif dengan di dukung oleh sumber-sumber atau objek belajar, baik yang  secara sengaja dirancang (by design) maupun  yang tidak secara sengaja dirancang namun dimanfaatkan (by utilization). Perolehan belajar dalam Klinik Mata Pelajaran,  di  samping mengupayakan terjadinya penguasaan materi pembelajaran itu sendiri, dapat juga berupa peningkatan kemam­puan-kemampuan lain, yang di dapat dari pengalaman belajar  yang dialami seseorang siswa dalam mengikuti pembelajaran di Klinik Mata Pelajaran tentang bagaimana  caranya belajar dan berhasil dalam belajar.
Memahami tujuan dan sasaran dari kegiatan Klinik mata pelajaran ini, Ausubel (1969), menyatakan bahwa, Pengalaman belajar baru akan masuk ke dalam memori jangka panjang dan akan menjadi pengetahuan baru apabila memiliki makna. Pengalaman belajar adalah interaksi antara subjek belajar dengan objek belajar, misalnya siswa jadi lebih memahami tentang pentingnya arti belajar dan bagaimana berhasil dalam belajar.  
Joyce, Weil & Showers (1992) menyatakan bahwa mengajar (teaching) pada hakikatnya adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Hasil akhir atau hasil jangka panjang dari proses mengajar adalah kemampuan siswa yang tinggi untuk dapat belajar dengan mudah dan efektif di masa mendatang. Tujuan utama dari kegiatan mengajar adalah pada siswa yang belajar. Dengan demikian hakikat mengajar yang dilakukan oleh seorang Guru adalah memfasilitasi siswa agar mereka mendapatkan kemudahan dalam belajar dan agar pengalaman belajar yang baru menjadi pengetahuan baru,  maka semua  konsep dalam penguasaan mata pelajaran yang dilakukan siswa di kelas pada kegiatan pembelajaran nantinya diusahakan diikuti karena memiliki nilai makna kebutuhan.
Sejalan dengan perlunya pelaksanaan klinik mata pelajaran dilaksanakan di sekolah, diharapkan seorang Guru mampu mewujudkan terjadinya interaksi antara subjek belajar dengan objek belajar di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, serta mampu mengembangkan dan meningkatkan motivasi dan potensi belajar keduanya yaitu, antara Guru dan siswa sama-sama membutuhkan tercapainya tujuan belajar yang tuntas dan kompeten sebagaimana yang diharapkan. * ( Penulis adalah Guru Pengajar dan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di SMK Negeri 54 Jakarta dan Peduli terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan SMK ).

Referensi (Sumber Bacaan) :
1.     Block, James H. (1971) Mastery learning : Theory and practice. New York : Holt, Rinehart and Winston, Inc.
2.     Conny Semiawan . dkk. (1985). Pendekatan keterampilan proses, Jakarta:PT Gramedia
3.     Gagne, Robert M. and Leslie J. Briggs. (1979). Principles of instructional design. New York : Rinehart and' Winston
4.     Gentile, J.Ronald & James P. Lalley (2003). Standard and mastery learning. Thousand Oaks, California: Corwin Press, Inc.
5.     Joyce, Bruce, Marsha Weil, and Beverly Showers (1992). Models of teaching. Boston: Allyn and Bacon
6.     Kindsvatter, Richard, William Wilen & Margaret Ishler (1996). Dynamics of effective teaching. New York: Longman Publishers USA
7.     Siskandar (2003). Teknologi pembelajaran dalam kurikulum berbasis kompetensi. Makalah disajikan pada seminar nasional teknologi pembelajaran pada tanggal 22 – 23 Agustus 2003, di Yogyakarta.

8.     Winarno Surakhmad. (1982). Pengantar interaksi mengajar belajar: dasar dan teknik metodologi pengajaran,  Bandung : Penerbit Tarsito 

No comments:

Post a Comment

Tugas 4. Memahami Prinsip Prinsip Pengendalian Kontaminasi

Tugas 4. Memahami Prinsip Prinsip Pengendalian Kontaminasi Tugas untuk siswa  Kelas X TKR1  dan X TBSM pada mata pelajaran TDO. Saksikan vi...