Wednesday, 2 January 2019


PERSPEKTIF SABAR DAN SYUKUR DALAM PENINGKATAN
KUALITAS KINERJA GURU


Gambar mungkin berisi: 16 orang, orang tersenyum, orang duduk, tabel dan dalam ruangan

Tahun 1995 Saya menamatkan pendidikan keguruan, di masa itu dan mungkin masa-masa sebelumnya bila berbicara masalah pendapatan guru jauh bahkan mungkin sangat jauh dari kata cukup apalagi berlebih. Oleh karenanya di masa itu mereka yang kuliah di IKIP atau pendidikan keguruan adalah mereka-mereka yang kurang berani untuk berkompetensi di perguruan tinggi yang bernama “universitas”. Selain itu pula kebanyakan mereka beralasan karena tidak cukupnya dana untuk kuliah di universitas, oleh karenanya IKIP menjadi wahana bagi mereka dengan konotasi “ yang penting kuliah”.

Sudah kuliah di IKIP umumnya pula mereka banyak yang tidak ingin menjadi guru, karena alasan pendapatan guru tidak sebesar pendapatan kalau mereka kerja di industri. Ditambah lagi adanya peraturan SKB (Surat Keputusan Bersama) Tiga Menteri, yang mengkondisikan bahwa tamatan IKIP tidak relevan jika kerja di industri atau perusahaan. Apalagi kalau pas meminang anak gadis orang, umumnya bila kerjanya guru, kelepasan bicara “….oh..Cuma guru…toh..?!”.

Alhamdulillah, untuk sekarang ini profesi guru menjadi idaman bagi sebagian besar mereka untuk meraihnya. Sampai-sampai terdengar kabar berani bayar berapapun asal diterima jadi guru notabene guru pns. Dan mungkin juga saat-saat ini hanya profesi guru yang mampu bertahan hidup dalam menghadapi kondisi perekonomian bangsa yang semakin bingung dan terombang-ambing. Karena harga-harga kebutuhan melambung tinggi, sedangkan pendapatan berjalan tak seirama jumlah pengeluaran. Sebuah fenomena kehidupan yang mudah-mudahan tetap bertahan dalam pemikiran yang arif dan bijaksana untuk menempatkan profesi guru menjadi prioritas yang utama dalam pelaksanaan peningkatan kualitas bangsa, karena memang dengan adanya guru kita dapat menjadi orang yang sukses dan berhasil…

Kemajuan suatu bangsa atau daerah sudah pasti lebih banyak ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya daripada kekayaan sumber daya alamnya. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, salah satu upaya penting dan strategis dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas  pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan adalah memegang kunci bagi kemajuan suatu bangsa. Karena  itu, suatu bangsa yang didukung oleh jumlah SDM yang besar dengan kualitas yang optimal akan mendatangkan kesejahtraan yang optimal pula bagi bangsa tersebut, tetapi suatu bangsa yang didukung oleh jumlah SDM yang besar dengan kualitas yang minimal (rendah) akan merupakan beban yang sangat berat (cenderung menimbulkan malapetaka) bagi bangsa tersebut. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan kualitas SDM hanya bisa dilakukan melalui pendidikan.

Guru adalah salah satu komponen dalam instrumental input yang memegang posisi yang strategis.  Karena hal tersebut merupakan salah satu faktor kunci sukses dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan untuk dapat melahirkan sumber daya manusia yang handal, menguasai ilmu pengetahuan, dan memiliki moral yang baik. Hal ini dikatakan demikian, karena gurulah yang merencanakan, menata, mengelola dan mengevaluasi proses tersebut. Karena strategisnya posisi guru dalam konteks pembelajaran, wajarlah profesi guru diakui sebagai jabatan profesional. Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar tetap memegang peranan penting karena adanya beberapa unsur dari aspek kemanusiaan dalam proses pembelajaran yang masih belum dapat digantikan dengan media lain, seperti radio, televisi, tape rekorder dan sebagainya. Aspek-aspek yang dimaksud antara lain, sikap, nilai, perasaan, motivasi, kepribadian, dan kebiasaan, yang merupakan faktor psikologis yang cukup penting bagi keberhasilan proses belajar mengajar. Oleh karenanya, pekerjaan sebagai seorang guru selalu diperlukan sehingga dibutuhkan pendidikan khusus bagi calon guru agar dapat menjadi guru yang profesional. Dan dengan segala fasilitas maupun tingkatn kesejahteraan yang semakin meningkat. Sudah seharusnya bagi mereka yang memiliki profesi sebagai guru mempunyai amanah dan tanggung jawab moral untuk turut berupaya membantu meningkatkan kesejahteraan dan ketercapaian tujuan pembangunan suatu bangsa, diantaranya adalah dengan bersabar dan bersyukur dalam porsi yang lebih memadai dan lebih baik lagi.

Bukan sebaliknya, peran guru yang demikian penting dalam peningkatan mutu pendidikan, kondisinya justru dikeluhkan belakangan ini. penyebab rendahnya daya serap pendidikan adalah guru yang kurang profesional, kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum, tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan keengganan membangun motivasi dan potensi belajar siswa. Dikatakan sejauh ini secara kuantitatif jumlah tenaga guru telah cukup memadai, tetapi mutu serta profesionalismenya belum sesuai dengan harapan. Banyak di antaranya tidak berkualitas dan menyampaikan materi pelajaran, sehingga kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar berkualitas. Jadi, ketidaksesuaian antara kemampuan guru dengan apa yang diajarkan membuat para siswa tidak mencapai prestasi yang gemilang.

Menjadi guru seharusnya menjadi manajer kelas. Ia harus dapat bertanggung jawab terhadap kelancaran tugasnya di dalam kelas, terutama dalam menyampaikan materi pelajaran, menentukan metode belajarnya sendiri, dan menyusun bahan pelajaran dari waktu ke waktu demi untuk pengembangan siswanya. Namun, kehidupan guru dewasa ini meminta banyak waktu untuk pekerjaan-pekerjaan sambilan selepas mengajar di kelas, bahkan dengan kondisi penghasilan yang semakin meningkat timbul sehingga tidak mungkin menjadi manajer profesional di kelas


Perspektif Sabar
Seorang hamba dianjurkan untuk bersyukur. Syukur itu adalah tingkatan yang paling tingggi dan paling luhur. Sampai-sampai sekalipun hamba itu dalam keadaan mengalami derita kefakiran atau sakit ataupun cobaan lainnya, dan bahkan jika Allah SWT menguji seorang hamba dengan satu cobaan atau musibah, lalu ia menunaikan kewajiban bersabar, ridha dan pasrah dalam mengarungi cobaan itu, niscaya entenglah tekanan cobaan itu dan ringanlah bebannya. Disamping itu, perenungan seorang hamba pada balasan dan pahala Ilahi dibalik cobaan itu dan keberhambaannya kepada Allah dengan melaksanakan kewajiban bersabar dan ridha, semua itu akan dapat mengubah hal yang pahit menjadi manis. Dengan itu, manisnya pahala di balik cobaan itu justeru akan membuatnya melupakan pahitnya bersabar. Sebagaimana disampaikan dalam QS.39:10, yaitu bahwa, “ Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas “. Dan kemudian juga di dalam QS. 2:155 dan QS. 2: 156 disampaikan pula bahwa, “ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:"Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun". “ Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk “. (QS. 2:157)
Terkait dengan tugas guru, perspektif kesabaran bagi guru yang profesional, setidak-tidaknya mengemban tiga tugas pokok, yakni, (a) sebagai petugas profesional, yang meliputi kegiatan mendidik, mengajar dan mengembangkan keterampilan, senantiasa membutuhkan kesabaran di dalam pelaksanaannya. Selagi hal itu bernilai ibadah apalagi berupa amanah yang dititipkan oleh para orangtua dan masyarakat kepada kita, Insya Allah akan diberikan balasan pahala di mata Allah SWT (b) tugas kemanusiaan, yaitu guru menjadi orang tua yang kedua yang mampu merealisasikan seluruh kemampuan dirinya, melakukan auto identifikasi dan auto pengertian untuk dapat menempatkan dirinya di dalam keseluruhan kemanusiaan serta mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola bagi para siswa serta mentransformasikan diri terhadap kenyataan di kelas atau di masyarakat juga senantiasa membutuhkan kesabaran, (c) tugas kemasyarakatan, yaitu mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral serta cerdas bukan proses yang instan namum membutuhkan waktu dan kesabaran para guru guna mewujudkannya.

Guru sebagai suatu profesi membawa konsekuensi terhadap tanggung jawab untuk mengembangkan dan mempertahankan profesi tersebut. Tanggung jawab ini, pada dasarnya merupakan tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga, dan meningkatkan tugas serta tanggung jawab profesinya. Tenaga kependidikan hendaknya sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain, kecuali oleh dirinya. Guru hendaknya di samping mampu tampil di depan kelas, juga di masyarakat, baik sebagai pendidik, inovator ataupun dinamisator.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, guru dituntut memiliki kesabaran dan kestabilan emosi karena akan menghadapi siswa dari berbagai latar belakang atau lapisan masyarakat yang memiliki corak sosial budaya yang beraneka ragam. Guru hendaknya senang memberi bantuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa, besikap ramah, gembira, baik hati, terbuka, simpati, empati, berwibawa, dan bertanggung jawab. Dari kepribadian yang dinilai baik oleh siswa tersebut, maka seorang guru akan dapat mengembangkan kegiatannya dalam bentuk, (a) membantu mengembangkan sikap positif pada siswa, (b) bersikap terbuka dan luwes terhadap siswa dan orang lain, (c) menunjukkan kegairahan dan kesungguhan dalam kegiatan belajar mengajar dan dalam pelajaran yang diajarkan, dan (d) mengelola interaksi pribadi dalam kelas (Depdikbud, 1982/1983). Dan pelaksanaan tugas guru yang didasari oleh kesabaran diharapkan nantinya dapat disarikan bahwa tugas mendidik merupakan suatu aktivitas yang ditujukan untuk mengembangkan aspek psikologis dan kepribadian peserta didik, sehingga mereka terbentuk sebagai manusia-manusia yang berkepribadian baik, mempunyai etika, bermoral, bertanggung jawab, dan mampu hidup bersama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Perspektif Syukur
Seorang hamba apalagi menjadi seorang guru pns di DKI Jakarta sudah semestinya pandai untuk bersyukur. Tidak semata secara lisan di lidah, namun juga diyakini di hati dan diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas dan kinerjanya sehari-hari sebagai seorang guru atau tenaga pendidik. Syukur itu adalah tingkatan yang paling tingggi dan paling luhur. Sampai-sampai sekalipun hamba itu dalam keadaan mengalami derita kefakiran atau sakit ataupun cobaan lainnya, karena, jika ia pandai untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat Allah SWT yang telah dikaruniakan kepadanya sudah tentu tak sepadan dan sebanding dengan cobaan yang menimpanya, maka cobaan itu bukanlah apa-apa dibanding nikmat yang dikaruniakan kepada-Nya.


Ibnul Qayyim rahimahullah di dalam Madarij as-Salikin menjelaskan bahwa iman itu terdiri dari dua bagian, satu bagian sabar dan satu bagian yang lain adalah syukur. Beliau juga mengatakan bahwa sabar bagi iman laksana kepala bagi tubuh seorang insan. Tidak ada iman pada diri orang yang tidak memiliki kesabaran, sebagaimana halnya tidak ada jasad yang berfungsi apabila tidak ada kepalanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Umar bin al-Khatthab radhiyallahu’anhu, beliau mengatakan, “Penghidupan yang terbaik itu sesungguhnya kami peroleh dengan modal kesabaran.” Demikian pula syukur, ia merupakan bukti keseriusan seorang hamba dalam mengabdi dan tunduk kepada Rabbnya. Sebagaimana yang disampaikan di dalam QS. 2: 172 yaitu, “ Dan bersyukurlah kepada Allah jika kalian benar-benar beribadah hanya kepada-Nya.”

Terkait dengan upaya meningkatkan kualitas kinerja dan profesi sebagai seorang guru, maka untuk mengimplementasikan perspektif syukur dalam pelaksanaan tugasnya, guru dituntut untuk selalu dapat mendasarkan diri pada aturan (kode etik profesi), yang sudah dirumuskan berujung pada peningkatan motivasi dan potensinya sebagai seorang pendidik yang profesional, yakni, (a) guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia yang berakhlak, (b) guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing, (c) guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan, (d) guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik, (e) guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya ataupun masyarakat yang lebih luas utnuk kepentingan pendidikan, (f) guru secara sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengembangkan serta meningkatkan mutu profesinya (g) guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik berdasarkan lingkungan kerja ataupun di dalam hubungan keseluruhan, (h) guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya, dan (i) guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan. Semoga perwujudan upaya guru dalam perspektif ke depan untuk senantiasa bersabar di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya serta bersyukur atas segala limpahan rahmat dan peningkatan kesejahteraan ini guru semakin menyadari posisi dan porsinya untuk ketercapaian sasaran dan tujuan dari pelaksanaan membangun bangsa dan Negara ini menjadi aman dan makmur bagi segenap rakyatnya. Amiin

No comments:

Post a Comment

Tugas 4. Memahami Prinsip Prinsip Pengendalian Kontaminasi

Tugas 4. Memahami Prinsip Prinsip Pengendalian Kontaminasi Tugas untuk siswa  Kelas X TKR1  dan X TBSM pada mata pelajaran TDO. Saksikan vi...