Wednesday, 2 January 2019

PENDIDIKAN SMK BERBASIS WIRAUSAHA DAN KEMITRAAN
(BASED ON ENTERPRENEURSHIP AND COORPERATION)


Pendidikan di Indonesia meskipun telah menampakan peningkatan kualitas maupun kuantitas di beberapa daerah kota besar, namun secara keseluruhan masih didapati kondisinya baik menyangkut kuantitas maupun kualitas masih relatif rendah. Data ini didasarkan pada hasil Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para Guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.

Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para Guru dalam menggali dan membangun motivasi serta potensi belajar, minat dan bakat peserta didik nya di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki para peserta didiknya. Kelemahan para pendidik kita hampir sebagian besar, mereka tidak pernah menggali masalah motivasi dan potensi serta minat bakat para peserta didik.

Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan peserta didik bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat peserta didik kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk dapat mandiri produktif, aktif, kreatif, efektif dalam belajar dan menyenangkan. Itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir peserta didik cenderung tidak bisa diarahkan, namun diberikan bimbingan dan tuntunan untuk menjadi lebih baik.
Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang masih berkonotasi sentralistik membuat potret pendidikan masih nampak buram. Sejauh ini kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakatnya. Lebih parah lagi, pendidikan terkadang belum sepenuhnya mampu menghasilkan lulusan yang produktif, mandiri, dan kreatif. Dan adanya kecenderungan, kurikulum dibuat terkadang belum memperhatikan kondisi di masyarakatnya. Jadi, para lulusan hanya diciptakan untuk sekedar pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas.

Memasuki kerjasama ekonomi Negara-negara Asia Tenggara melalui Kawasan Perdagangan Bebas Asean (Asean Free Trade Area/AFTA) sejak tahun 2003 dan pasar bebas dunia tahun 2020 akan menimbulkan persaingan ketat baik barang jadi/komoditas maupun jasa. Ini berarti Indonesia harus meningkatkan daya saing baik mutu hasil produksi maupun jasa. Peningkatan daya saing ini dimulai dari penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas yang merupakan faktor keunggulan menghadapi persaingan dimaksud. Jika kita tidak bisa mengantisipasi persiapan SDM yang berkualitas antara lain, berpendidikan, memiliki keahlian dan keterampilan terutama bagi tenaga kerja dalam jumlah yang memadai, maka Indonesia akan menjadi korban perdagangan bebas. Oleh karena itu, negara kita perlu menyiapkan SDM pada tingkat menengah yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan industri atau dunia usaha.

Dengan penggambaran yang demikian, pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu lembaga pendidikan formal  di tingkat menengah mau tidak mau, dan suka tidak suka memiliki beban tanggung jawab untuk mengatasinya. Apalagi pada kondisi sekarang ini pendidikan SMK tidak lagi menjadi pilihan kedua” atau sekedar pendidikan yang penting sekolah” atau dapat juga dikatakan sebagai “pendidikan golongan ekonomi lemah”. Lebih dari itu pendidikan SMK dewasa ini memiliki kapasitas yang memadai untuk persiapan memasuki dunia perguruan tinggi maupun dunia kerja. Oleh karenanya menjadi kepentingan kita bersama untuk mewujudkan pendidikan SMK yang berkualitas dalam mengiringi langkah pelaksanaan pembangunan nasional yang kita laksanakan sekarang ini.

Secara struktural SMK adalah sistem persekolahan yang umumnya dirancang dan diselenggarakan oleh pemerintah bukan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dunia usaha dan dunia industri sehingga memerlukan pola pembudayaan nilai-nilai kejuruan dengan konteks khusus. Dan nilai-nilai kejuruan yang seperti apakah yang tepat dikembangkan di SMK agar SMK memiliki karakter inovatif, kreatif, prod uktif, kompetetif, dan tumbuh berkelanjutan di masa depan serta bagaimana prinsip-prinsip, strategi dan tantangan pengembangan pendidikan nilai di SMK dapat untuk ditumbuhkembangkan.

Pengembangan yang dilakukan pada Sekolah Menengah Kejuruan memerlukan kerangka konseptual (conceptual framework) yang jelas dalam memenuhi tujuan secara efektif, efisien, dan bermakna. Kerangka koseptual pola pembudayaan nilai-nilai kejuruan di SMK di masing-masing daerah berbeda satu sama lain karena setiap wilayah di Indonesia memiliki karakteristik sosio-kultural yang unik, potensi wilayah yang berbeda, keunggulan lokal yang berbeda, kebijakan politik dan ekonomi yang berbeda pula. Pendidikan kejuruan di SMK memiliki nilai-nilai strategis yang perlu untuk dikembangkan diantaranya dalam hal:
  1. pembangunan sumber daya manusia pendidikan kejuruan di daerah
  2. pengembangan, penataan, pelestarian potensi wilayah
  3. penguatan wawasan keunggulan lokal
  4. peningkatan wawasan masa depan
  5. penguatan wawasan mutu
  6. peningkatan wawasan nilai tambah
  7. pengembangan profesionalisme; dan
  8. pemenuhan kebutuhan layanan pendidikan kejuruan bagi pemilih atau pengguna pendidikan di SMK.

Restrukturisasi dan rekulturisasi pola pembudayaan nilai-nilai kejuruan ke depan diharapkan mampu mendidik seseorang tidak hanya sekedar sebagai pekerja, melainkan sebuah pendidikan kejuruan dengan pendekatan holistik yang mengakomudasi seluruh kebutuhan peserta didik baik fisik maupun non fisik, moral, dan juga kebutuhan masa depan untuk hidup nyaman, aman dan bahagia dalam masyarakat. Dan tujuan pokok dari pendidikan publik adalah mempertemukan kebutuhan individu peserta didik untuk pemenuhan diri pribadinya dan persiapan menghadapi dan menjalani hidup, khususnya dalam memasuki dunia kerja.

Pola pembudayaan nilai-nilai kejuruan yang diharapkan adalah pola yang mampu menginterlanisasikan keunggulan lokal, potensi wilayah diantara kebutuhan nasional, dan tantangan global. Oleh karenanya sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan SMK adalah melalui Pelaksanaan Pendidikan SMK yang Berbasis Wirausaha dan Kemitraan (Based on Enterpreneurship and Coorperation).

Pelaksanaan Progam Pendidikan Berbasis Wirausaha dan Kemitraan (Based on Enterpreneurship and Coorperation) adalah pola pelaksanaan program pendidikan yang menghendaki bahwa sekolah (SMK) harus memberikan akses dan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan menerapkan jenis pengetahuan, kompetensi, dan sikapnya dalam proses mempersiapkan mereka untuk hidup di masyarakat  ataupun dunia kerja yang kompleks saat ini. Sekolah harus memiliki kepedulian dalam mempromosikan nilai-nilai pendidikan kejuruan, keunggulan dan standar yang tingg i sebagai aspirasi ind ividu dan kelembagaan, berprestasi dan melakukan dalam semua aspek kegiatannya dengan menanamkan jiwa wirausaha yang produktif, mandiri dan kreatif serta mampu berkomunikasi aktif dalam menjalin kemitraan dengan lingkungannya . Untuk itu sekolah harus humanis dan memberi kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mendapatkan nilai-nilai tersebut yang akan sangat penting dalam pengembangan pribadi dan sosial kemasyarakatannya, khususnya di dunia kerja bahkan di dunia pendidikan tinggi.

Pendidikan Berbasis Wirausaha
Pengembangan dan penanaman karakter budaya wirausaha yang tumbuh secara alami dalam suatu lembaga pendidikan SMK, keluarga atau bahkan pada kelompok masyarakat Indonesia merupakan suatu aset yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia di zaman yang kian kompetitif. Dinamika perekonomian bangsa yang bertumpu pada pertumbuhan budaya kewirausahaan tradisional ini, perlu dipadukan dengan penguasaan Ipteks dalam suatu kegiatan pendidikan khususnya di SMK. Penumbuhkembangan budaya wirausaha dalam pendidikan di SMK menjanjikan harapan cerah bagi terciptanya sumber daya manusia yang mandiri dalam berfikir dan bertindak, mampu menerapkan Ipteks yang dipahaminya untuk kesejahteraan diri dan Masyarakatnya.

Pembinaan jiwa kewirausahaan adalah proses pembinaan semangat, perilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan managemen (mengatur dan mengendalikan). Pengertian ini mencakup esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positip terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelayanan jasa terhadap pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk mencapai tujuan serta sikap mental untuk merealisasikan tanggapan yang positip. tersebut.  Pendidikan berbasis wirausaha mewujudkan perilaku dan kemampuan yang lebih menonjol dalam memobilisasi sumber daya dan dana, serta mentransformasikannya menjadi output dan memasarkannya secara efisien yang lazim disebut dengan Administrative Entrepreneur yang umumnya kompetensi yang kurang dimiliki oleh para tamatan SMK. Selain itu juga dengan program ini diharapkan perilaku dan kemampuan yang menonjol dalam hal kreatifitas, inovasi serta mengantisipasi dan menghadapi resiko yang lazim disebut Innovative Entrepreneur menjadikan suatu karakter yang ingin diwujudkan pada para siswa tamatan SMK.

Asas pokok kewirausahaan pendidikan yang berbasis wirausaha ini diantaranya menekankan kepada pelaksanaan program-program pendidikan dan pembelajaran yang menekankan kepada hasil belajar yang 1) Mampu dan berani membuat keputusan dan mengambil resiko; 2) Tekun, teliti dan produktif; 3) Kreatif dan inovatif; 4) Kebersamaan dan etika bisnis; dan 5) Kemauan yang kuat untuk berkarya dengan semangat mandiri.

Pengembangan program pendidikan yang berbasis wirausaha diharapkan pula mampu sebagai suatu proses penciptaan nilai dengan menggunakan berbagai sumber daya untuk mengeksploitasi peluang. Proses ini dibagi dalam beberapa tahapan khusus, yakn, 1) pengidentifikasian peluang;    2) pengembangan (konsep) bisnis baru; 3) evaluasi dan pengumpulan sumber daya yang diperlukan; 4) implementasi konsep dan 5) pemanfaatan serta penuaian hasil dari pelaksanaan program pembelajaran yang dijalankan, seperti pada upaya pengembangan unit produksi.

Seorang guru yang memiliki pengembangan jiwa wirausaha memiliki karakter dasar yaitu adanya visi yang jauh kedepan yang menjadi dasar pendorong perubahan dan karena kemampuannya mengkombinasikan berbagai sumberdaya untuk mendapatkan suatu yang baru. Besarnya peranan pembinaan dan pengembangan jiwa wirausaha bagi guru memiliki relevansi bagi peningkatan perekonomian masyarakat Indonesia saat ini, dan setidaknya berani melakukan terobosan untuk menjadikan pendidikan yang berbasis wirausaha ini sebagai topik atau wacana yang menarik untuk dibahas. Masing-masing kita mencoba meraih kesempatan-kesempatan yang ada untuk dapat dimanfaatkan dalam pengembangan kegiatan yang mandiri dan produktif.

Tidak dapat dipungkiri bahwa era glooalisasi ekonomi adalah realitas baru yang mau tidak mau harus dihadapi masyarakat oleh karena itu seluruh pelaku ekonomi dan seluruh lapisan masyarakat, termasuk di kalangan pendidikan SMK harus dipersiapkan diri dengan sebaiknya-baiknya menghadapi realitas tersebut. Pada dasarnya pengembangan pendidikan berbasis wirausaha ini sangat erat terkait pada lingkungan. Misalnya lingkungan masyarakat perkotaan meskipun berbeda dengan lingkungan masyarakat pedesaan. Namun, kunci dari kewirausahaan adalah bagaimana kita mengendalikan resiko dengan berbagai perhitungan dan pemikiran. Pengembangan pendidikan berbasis wirausaha manjadi salah satu prioritas dalam pembangunan yang dilandasi dengan diterbitkannya Inpres No. 4 tahun 1995 yang terkait dengan pengembangan kewirausahaan.

Pendidikan Berbasis Kemitraan
Pengertian kemitraan menurut undang-undang nomor 9 tahun 1995 pada bab I dikatakan sebagai kerjasama usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan, ini merupakan suatu landasan pengembangan usaha. Kerjasama ini tidaklah terujud dengan sendirinya saja, akan tetapi harus dibangun dengan sadar dan terencana, baik ditingkat nasional, maupun ditingkat lokal yang lebih rendah.

Relevansi dengan pelaksanaan program pendidikan yang berbasis kemitraan adalah pelaksanaan program pendidikan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan lembaga pendidikan SMK, menjadi ujung tombak dalam menghadapi era ekonomi terbuka dan perdagangan bebas. Oleh karena tamatan pendidikan SMK menjadi kebutuhan bagi dunia kerja dan dunia industri.  Untuk itu pula program pendidikan berbasis kemitraan memiliki penekanan terhadap pelaksanaan program-program pendidikan dalam hubungan jangkan pendek dan jangka panjang, meningkatkan hubungan kerjasama bertingkat tinggi, saling percaya, dimana pemasok (SMK) dan pelanggan (DUDI) bersinergi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.

Pola pendidikan berbasis kemitraan adalah pola keinginan lembaga pendidikan SMK melalui pelaksanan program-program sekolah untuk dapat bekerjasama dengan berbagai elemen stakeholder  (orangtua/wali peserta didik, instansi pemerintah, dunia kerja, dan masyarakat) disertai pembinaan dan pengembangan oleh elemen stakeholder dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan, ini merupakan suatu landasan pengembangan sekolah. Kerjasama ini tidak akan terwujud dengan sendirinya saja, akan tetapi harus dibangun dengan sadar, komitmen, dan terencana oleh manajemen dan warga sekolah serta segenap elemen stakeholder. Gerakan Kemitraan Pendidikan di SMK adalah wahana utama untuk meningkatkan kemampuan wirausaha Pendidikan SMK yang berujung pada wirausaha nasional, karena ujung tombak dalam menghadapi era ekonomi terbuka dan perdagangan bebas adalah wirausaha nasional.

Sasaran Yang Ingin Diwujudkan
Diperlukannya suatu upaya meningkatkan kualitas pendidikan SMK  yang dilakukan melalui pelaksanaan program pendidikan SMK yang berbasis wirausaha dan kemitraan (Based on Enterpreneurship and Coorperation) antara lain memiliki sasaran untuk :
1.      Menumbuhkembangkan budaya kewirausahaan di dalam lingkungan pendidikan SMK untuk mendorong terciptanya Wirausahawan-wirausahawan muda dari tamatan SMK,
2.      Mendorong pemanfaatan hasil pelaksanaan program pembelajaran di SMK menjadi kompetensi yang dapat digunakan masyarakat dan dunia kerja (DUDI),               
3.      Mewujudkan sinergi potensi pendidikan SMK dengan potensi industri/usaha kecil menengah sehingga dapat menumbuhkembangkan industri-industri kecil dan menengah yang mandiri,
4.      Meningkatkan peluang keberhasilan wirausaha muda yang potensial untuk siap kerja secara produktif dan mandiri,
5.      Mendorong akselerasi pemulihan ekonomi (economy recovery) Indonesia melalui penanggulangan kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja dengan tumbuhnya wirausaha muda tamatan SMK yang kuat, baik dari segi kualitas barang produksi dan jasa maupun dari pemasarannya, dan
6.      Menumbuhkembangkan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang mendorong terwujudnya income generating unit di pendidikan SMK, khususnya di DKI Jakarta dalam mengantisipasi diberlakukannya otonomi daerah.

Semoga ide dan gagasan yang tertuang dalam tulisan ini dapat menjadikan wacana dan kajian yang memberikan secercah harapan dan menjadi fajar pagi bagi bangkitnya motivasi dan kesadaran kita untuk tetap optimis dalam membangun pendidikan di Indonesia, khususnya SMK menjadi lebih baik dan lebih maju lagi, dan terlaksananya dengan sukses perjalan proses membangun perekonomian bangsa. 

No comments:

Post a Comment

Tugas 4. Memahami Prinsip Prinsip Pengendalian Kontaminasi

Tugas 4. Memahami Prinsip Prinsip Pengendalian Kontaminasi Tugas untuk siswa  Kelas X TKR1  dan X TBSM pada mata pelajaran TDO. Saksikan vi...