Kegiatan belajar mengajar (KBM) dirancang
mengikuti prinsip-prinsip belajar-mengajar. Belajar mengajar merupakan kegiatan
aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, guru perlu
memberikan dorongan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam
membangun gagasan. Tanggung jawab belajar berada pada diri siswa, tetapi guru
bertangung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi,
dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Berikut dikemukakan 7
ciri-ciri Kegiatan Belajar Mengajar yang memberdayakan potensi siswa, di
antaranya sebagai berikut :
1. Pembalikan Makna Belajar
Dalam pikiran kebanyakan praktisi
pendidikan, makna dan hakikat belajar seringkali hanya diartikan sebagai
penerimaan informasi dari sumber informasi (guru dan buku pelajaran).
Akibatnya, guru masih memaknai kegiatan mengajar sebagai kegiatan transfer informasi (baca:penuangan ‘air’ informasi) dari
guru ke siswa. Untuk keperluan implementasi KBM yang bernuansa berbagai basis
kurikulum, guru perlu melakukan pembalikan
makna dan hakikat belajar. Pada
pandangan dan paradigma ini, makna dan hakikat Belajar diartikan
sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau
pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa
atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran
(pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap
pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil
ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari
guru yang sama, dan pada saat yang sama. Akibat logis dari pengertian belajar
di atas, maka mengajar merupakan kegiatan partisipasi guru dalam membangun
pemahaman siswa.
Partisipasi tersebut dapat berwujud sebagai
bertanya secara kritis, meminta kejelasan, atau menyajikan situasi yang tampak
bertentangan dengan pemahaman siswa sehingga siswa ‘terdorong’ untuk
memperbaiki pemahamannya. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu
membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau
hak siswa dalam membangun gagasannya. Dengan kata lain, partisipasi guru harus
selalu menempatkan pembangunan pemahaman itu adalah tanggung jawab siswa itu
sendiri, bukan guru. Misal, bila siswa bertanya tentang sesuatu, maka
pertanyaan itu harus selalu dikembalikan dulu kepada siswa itu atau siswa lain,
sebelum guru memberikan bantuan untuk menjawabnya. Seorang siswa bertanya,
“Pak/Bu, apakah tumbuhan punya perasaan?” Guru yang baik akan mengajukan balik
pertanyaan itu kepada siswa lain sampai tidak ada seorang pun siswa dapat
menjawabnya. Guru kemudian berkata, “Saya sendiri tidak tahu, tetapi bagaimana
jika kita melakukan percobaan?”
2. Berpusat pada Siswa
Siswa memiliki perbedaan satu sama lain.
Siswa berbeda dalam minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar.
Siswa tertentu lebih mudah belajar dengan dengar-baca, siswa lain lebih mudah
dengan melihat (visual), atau dengan cara kinestetika (gerak). Oleh karena itu kegiatan
pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat
belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai karakteristik siswa. KBM perlu
menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Artinya KBM memperhatikan bakat,
minat, kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi belajar, dan latar
belakang sosial siswa. KBM perlu mendorong siswa untuk mengembangkan potensinya
secara optimal.
3. Belajar dengan Mengalami
KBM perlu menyediakan pengalaman nyata
dalam kehidupan seharihari dan atau dunia kerja yang terkait dengan penerapan
konsep, kaidah dan prinsip ilmu yang dipelajari. Karena itu, semua siswa diharapkan
memperoleh pengalaman langsung melalui pengalaman indrawi yang memungkinkan
mereka memperoleh informasi dari melihat, mendengar, meraba/menjamah,
mencicipi, dan mencium. Dalam hal ini, beberapa topik tidak mungkin disediakan
pengalaman nyata, guru dapat menggantikannya dengan model atau situasi buatan dalam
wujud simulasi. Jika ini juga tidak mungkin, sebaiknya siswa dapat memperoleh
pengalaman melalui alat audio-visual (dengar-pandang). Pilihan pengalaman belajar melalui
kegiatan mendengar adalah pilihan terakhir.
4. Mengembangkan Keterampilan Sosial, Kognitif, dan
Emosional
Siswa akan lebih mudah membangun pemahaman
apabila dapat mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain atau guru. Dengan kata
lain, membangun pemahaman akan lebih mudah melalui interaksi dengan lingkungan
sosialnya. Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa
melalui diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan. Interaksi dapat
ditingkatkan dengan belajar kelompok. Penyampaian gagasan oleh siswa dapat
mempertajam, memperdalam, memantapkan, atau menyempurnakan gagasan itu karena memperoleh
tanggapan dari siswa lain atau guru. KBM perlu mendorong siswa untuk
mengkomunikasikan gagasan hasil kreasi dan temuannya kepada siswa lain, guru
atau pihak-pihak lain. Ciri KBM yang Menunjang Pencapaian
Kompetensi Individual Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif Dengan demikian, KBM memungkinkan siswa bersosialisasi
dengan menghargai perbedaan (pendapat, sikap, kemampuan, prestasi) dan berlatih
untuk bekerjasama. Artinya, KBM perlu mendorong siswa untuk mengembangkan
empatinya sehingga dapat terjalin saling pengertian dengan menyelaraskan
pengetahuan dan tindakannya.
5. Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi, dan Fitrah
Ber-Tuhan
Siswa dilahirkan dengan memiliki rasa ingin
tahu, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan. Rasa ingin tahu dan imajinasi merupakan
modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, dan kreatif. Sementara, rasa
fitrah ber-Tuhan merupakan embrio atau cikal bakal untuk bertaqwa kepada Tuhan.
KBM perlu mempertimbangkan rasa ingin tahu, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan
agar setiap sesi kegiatan pembelajaran menjadi wahana untuk memberdayakan
ketiga jenis potensi ini.
6. Belajar Sepanjang Hayat
Siswa memerlukan kemampuan belajar
sepanjang hayat untuk bisa bertahan (survive) dan berhasil (sukses) dalam
menghadapi setiap masalah sambil menjalani proses kehidupan sehari-hari. Karena
itu, siswa memerlukan fisik dan mental yang kokoh. KBM perlu mendorong siswa
untuk dapat melihat dirinya secara positif, mengenali dirinya baik kelebihan
maupun kekurangannya untuk kemudian dapat mensyukuri apa yang telah
dianugerahkan Tuhan YME kepadanya. Demikian pula KBM perlu membekali siswa
dengan keterampilan belajar, yang meliputi pengembangan rasa percaya diri,
keingintahuan, kemampuan memahami orang lain, kemampuan berkomunikasi dan
bekerjasama supaya mendorong dirinya untuk senantiasa belajar, baik secara
formal di sekolah maupun secara informal di luar kelas.
7. Perpaduan Kemandirian dan Kerjasama
Siswa perlu berkompetisi, bekerjasama, dan
mengembangkan solidaritasnya. KBM perlu memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan semangat berkompetisi sehat untuk memperoleh penghargaan,
bekerjasama, dan solidaritas. KBM perlu menyediakan tugas-tugas yang
memungkinkan siswa bekerja secara mandiri

No comments:
Post a Comment